TSrlGUd7TSM5GSCoGfriTpCoBA==

Apa Itu Nocturnal? Jam Malam Berbasis Bintang yang Hampir Terlupakan

Apakah kamu tahu tentang Nocturnal? Jika tidak maka artikel ini bisa jadi wawasan dasarnya. Pada masa ketika jam mekanik belum tersebar luas dan pengamatan langit menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, manusia menciptakan beragam alat sederhana untuk mengetahui waktu. Salah satu yang paling menarik - sekaligus kini hampir terlupakan - adalah nocturnal, sebuah instrumen yang memanfaatkan posisi bintang untuk menentukan waktu malam hari. Bagi para pelaut, pengembara, dan pengamat langit, alat ini dulu menjadi panduan penting ketika matahari telah tenggelam dan jam pasir tak lagi cukup membantu.

Apa itu Nocturnal?


Asal-usul dan Prinsip Dasar Nocturnal

Istilah nocturnal berasal dari bahasa Latin nocturnalis, yang berarti berkaitan dengan malam. Prinsip kerja alat ini sederhana namun cerdas: memanfaatkan rotasi harian langit - gerakan semu bintang-bintang akibat rotasi Bumi - untuk memperkirakan waktu.

Nocturnal biasanya berbentuk seperti volvelle atau cakram bertingkat dengan pusat poros yang dapat diputar. Di permukaannya terdapat skala tanggal dan waktu, serta pointer yang diarahkan ke bintang tertentu (biasanya Polaris, bintang utara). Dengan memutar bagian cakram sesuai tanggal tertentu, pengguna dapat membaca waktu malam dari posisi bintang yang dijadikan acuan.

Konsep ini muncul dari tradisi astronomi maritim abad pertengahan, khususnya di dunia Islam dan Eropa. Para pelaut Muslim di Samudra Hindia dan Laut Merah memanfaatkan bintang-bintang seperti Canopus (Suhail), Sirius (al-Shi‘ra), dan Aldebaran untuk navigasi. Sementara itu, di Eropa Utara, para pelaut Viking dan kemudian navigator Portugis menggunakan Polaris sebagai pusat acuan, melahirkan bentuk nocturnal yang kita kenal sekarang.

Struktur dan Cara Menggunakannya

Sebuah nocturnal klasik umumnya terdiri dari tiga bagian utama:
  1. Cakram luar (outer disc) - berisi skala bulan dan tanggal.
  2. Cakram tengah (inner disc) - menampilkan jam atau waktu malam.
  3. Pointer (index arm) digunakan untuk menunjuk bintang acuan.
Cara penggunaannya cukup menakjubkan bagi ukuran alat sekecil telapak tangan. Misalnya, seorang pelaut di abad ke-16 yang ingin mengetahui waktu malam di bulan September akan:
  • Mengatur cakram sesuai tanggal hari itu.
  • Mengarahkan alat ke Polaris (Bintang Utara).
  • Menyelaraskan pointer dengan posisi bintang penunjuk seperti Kochab (bintang di rasi Ursa Minor).
  • Membaca waktu yang ditunjukkan oleh skala jam di cakram dalam.
Dengan sedikit latihan, seseorang dapat memperkirakan waktu malam dengan ketepatan yang mengejutkan - bahkan hingga 10-15 menit akurasi - tanpa bantuan jam mekanik.

Credit : Wikimedia


Jejak Nocturnal dalam Sejarah Astronomi

Catatan tertua mengenai nocturnal ditemukan dalam naskah maritim Eropa abad ke-14, tetapi bukti arkeologis menunjukkan bahwa prinsip serupa telah dikenal jauh lebih awal dalam dunia Islam. Dalam tradisi astronomi Islam, dikenal konsep mīzān al-layl (penakar waktu malam) yang menggunakan tinggi bintang atau jarak antar bintang untuk menentukan waktu salat malam dan waktu sahur.

Para ilmuwan seperti al-Battānī, al-Zarqālī, dan al-Sufi menulis tabel posisi bintang-bintang utama yang menjadi dasar bagi perhitungan waktu malam. Meskipun tidak semua menyebutkan alat fisik yang menyerupai nocturnal, namun sistem perhitungan dan proyeksi langit yang mereka gunakan sangat sejalan dengan prinsipnya.

Di Eropa, nocturnal mengalami perkembangan pesat pada masa Revolusi Maritim (abad ke-15–17). Para pelaut Portugis dan Belanda membawa alat ini di kapal untuk membantu menentukan waktu malam di lautan lepas, terutama saat menentukan garis bujur dan memperkirakan posisi kapal.

Beberapa nocturnal bersejarah kini disimpan di museum seperti:
Setiap versi memiliki variasi desain, namun prinsip dasarnya tetap sama: memutar cakram berdasarkan rotasi langit.

Keterhubungan dengan Tradisi Islam dan Padepokan Albiruni

Nocturnal mencerminkan semangat yang sama dengan instrumen falak Islam lainnya: kesederhanaan, ketepatan, dan keterhubungan antara langit dan waktu. Dalam konteks keilmuan Islam, alat seperti ini sejajar dengan astrolabe dan kamal - sama-sama digunakan untuk memahami hubungan antara bintang dan waktu ibadah atau navigasi.

Bagi Padepokan Albiruni, nocturnal menjadi inspirasi menarik untuk mengembangkan kembali instrumen waktu malam berbasis bintang, terutama dalam konteks edukasi falak. Dalam pelatihan modern, nocturnal dapat diajarkan untuk:
  • Menjelaskan rotasi langit dan konsep waktu sideris.
  • Mengajarkan santri atau pelajar cara membaca bintang secara praktis.
  • Menghidupkan kembali budaya pengamatan langit malam dengan alat sederhana.
Bayangkan kegiatan malam di padepokan: para santri berdiri di halaman, memegang nocturnal buatan tangan dari akrilik atau kayu, mengarahkannya ke bintang-bintang utara, lalu membaca waktu dari cahaya langit - seolah mengulang kembali kebiasaan para pelaut dan astronom ratusan tahun lalu.

Mengapa Layak Dikenang Kembali

Meskipun kini digantikan oleh jam digital dan aplikasi ponsel, nocturnal memiliki nilai ilmiah dan kultural yang besar. Ia bukan hanya alat ukur waktu, melainkan simbol keterhubungan manusia dengan langit.

Dalam dunia yang semakin terputus dari bintang-bintang, menghidupkan kembali nocturnal berarti menghidupkan kembali cara berpikir yang penuh rasa ingin tahu dan kepekaan kosmik. Bagi komunitas seperti Padepokan Albiruni, nocturnal bukan sekadar alat astronomi - melainkan jembatan antara tradisi, ilmu, dan spiritualitas malam yang sunyi.

Comments0

Mari bangun diskusi bersama.

Type above and press Enter to search.

Chat WhatsApp