Ketika kita berbicara tentang instrumen astronomi klasik, pikiran kita sering tertuju pada astrolabe, kuadran, atau sundial. Namun, ada satu alat yang jarang dibahas, tetapi memiliki peranan penting dalam sejarah pengamatan gerhana - volvelle.Di tangan seorang ilmuwan Prancis abad ke-17 bernama Philippe de La Hire, volvelle bukan sekadar alat bantu hitung, melainkan jembatan antara astronomi klasik dan pendekatan ilmiah modern.
![]() |
| VOINOVA: The Philippe de La Hire Revival. |
Bahkan, berabad-abad kemudian, alat ini menginspirasi inovasi baru di Padepokan Albiruni dalam menciptakan versi modern untuk memahami gerhana: VOINOVA: Eclipse Origin.
Volvelle: Komputer Analog dari Abad Silam
Sebelum kalkulator digital lahir, para astronom sudah mengenal volvelle - sebuah perangkat berbentuk piringan kertas atau logam yang bisa diputar untuk menghitung fenomena langit.Nama volvelle berasal dari bahasa Latin volvella, artinya yang dapat diputar. Struktur dasarnya sederhana: beberapa cakram konsentris yang disusun pada satu sumbu. Namun di balik kesederhanaannya tersimpan kecerdasan luar biasa - dengan mengatur posisi cakram, pengguna dapat menghitung posisi Matahari, Bulan, bahkan waktu gerhana.
Bagi ilmuwan Muslim klasik, konsep ini bukan hal baru. Sejak abad ke-10, ilmuwan seperti al-Battani, al-Zarqālī, dan al-Biruni telah menggunakan model rotasional serupa dalam astrolabe dan tabel astronomi. Namun Philippe de La Hire (1640-1718), seorang ahli matematika dan astronom dari Paris, berhasil memformulasikannya dalam bentuk volvelle yang khusus untuk fenomena gerhana.
Philippe de La Hire dan Volvelle Gerhana
Philippe de La Hire adalah anggota Académie Royale des Sciences di Prancis, dan dikenal sebagai sosok yang berusaha menyederhanakan sistem astronomi agar dapat digunakan oleh masyarakat luas.Salah satu kontribusinya adalah volvelle gerhana Matahari dan Bulan, yang memungkinkan pengguna memperkirakan waktu, durasi, dan wilayah pengamatan gerhana berdasarkan data geometri langit.
Cakram-cakram volvelle La Hire dirancang dengan sangat presisi:
- Cakram pertama menampilkan lintasan ekliptika dan posisi Matahari.
- Cakram kedua menunjukkan orbit Bulan dan titik nodanya (yaitu tempat orbit Bulan memotong ekliptika).
- Cakram ketiga menampilkan skala waktu dan tanggal dalam kalender Gregorian.
Dengan memutar cakram-cakram ini secara tepat, pengguna dapat menentukan kapan Matahari dan Bulan saling beririsan pada garis ekliptika - momen yang menunjukkan terjadinya gerhana.
Volvelle ini sejatinya adalah simulasi visual dari tabel astronomi yang rumit, menjadikannya alat edukatif sekaligus ilmiah.
Warisan Intelektual dari Dunia Islam
Walaupun La Hire berasal dari Prancis, model volvelle-nya tidak muncul dari ruang kosong. Banyak peneliti menyebut bahwa struktur konseptual volvelle berasal dari karya para ilmuwan Muslim abad pertengahan yang menggabungkan astronomi dan geometri bola langit.Dalam karya al-Biruni, misalnya, kita menemukan konsep nuktatain (dua titik potong orbit) yang menjadi dasar prediksi gerhana. Sedangkan dalam karya al-Zarqālī, sistem piringan rotasi juga sudah diterapkan dalam instrumen waktu seperti safiha zarqāliyya.
Artinya, Philippe de La Hire sebenarnya mewarisi jejak panjang tradisi intelektual Islam, lalu mentransformasikannya menjadi alat sederhana yang relevan bagi eranya - abad Pencerahan Eropa.
Inspirasi bagi Padepokan Albiruni
Berabad-abad kemudian, semangat inovasi yang sama dihidupkan kembali oleh Padepokan Albiruni melalui karya VOINOVA: Eclipse Origin - volvelle modern yang dirancang untuk memvisualisasikan fenomena gerhana dengan gaya klasik namun berbasis data astronomi modern.Layaknya volvelle La Hire, VOINOVA menggunakan sistem piringan rotasi, namun:
- Data posisi Matahari dan Bulan telah disesuaikan dengan sistem waktu internasional (UTC).
- Garis ekliptika dan orbit Bulan ditampilkan dengan warna berbeda untuk memperjelas nodus naik dan turun.
- Pengguna dapat membaca fase gerhana dan zona totalitas secara intuitif.
Lebih jauh lagi, VOINOVA tidak hanya alat ilmiah, tetapi juga media edukasi dan warisan budaya.
Melalui alat ini, Padepokan Albiruni berupaya menghubungkan generasi muda dengan warisan sains Islam klasik, sambil menumbuhkan semangat inovasi dan rasa ingin tahu terhadap langit - semangat yang pernah menggerakkan Philippe de La Hire dan para ilmuwan terdahulu.
Mengapa Volvelle Relevan Kembali
Di era digital yang serba cepat, keberadaan volvelle terasa seperti nostalgia. Namun di balik kesederhanaannya, volvelle justru mengajarkan hal-hal mendalam tentang mekanika langit dan keteraturan kosmos.Ia mengajak penggunanya untuk berinteraksi langsung dengan geometri langit - sesuatu yang sering hilang dalam aplikasi digital.
Dengan memutar cakram secara manual, kita tidak hanya melihat hasil, tetapi memahami proses di balik gerhana.
Maka, ketika Padepokan Albiruni menghidupkan kembali konsep ini dalam bentuk inovasi modern, sejatinya yang dihadirkan bukan sekadar alat, melainkan spirit ilmiah yang berakar pada rasa kagum terhadap ciptaan Tuhan.
Volvelle Philippe de La Hire menjadi bukti bahwa sains tidak pernah berhenti berkembang - ia berpindah dari tangan ke tangan, dari abad ke abad, dari Andalusia ke Paris, dan kini ke tangan para inovator muda di Nusantara.
Melalui alat sederhana yang berputar itu, kita belajar bahwa inovasi sejati tidak selalu berarti menciptakan sesuatu yang baru dari nol, tetapi menghidupkan kembali kebijaksanaan lama dalam bentuk yang lebih relevan dan bermanfaat bagi masa kini.
Sebagaimana roda volvelle yang terus berputar, demikian pula perjalanan ilmu pengetahuan — selalu berputar, tapi tak pernah berhenti mencari makna di bawah langit yang sama.


Comments0
Mari bangun diskusi bersama.